Minggu, 21 Juni 2009

mispersepsi tentang savana (bahan untuk perbaikan nilai akhir MK. Tatalakasana Padang Rumput Tropika dan Sistem Agroforestri)

Kata savanna memang eksotis tetapi sekaligus menimbulkan banyak mispersepsi. Sebagian pakar mengaggap bahwa savana adalah hutan yang rusak. Sebuah tulisan di www.kabarindonesia.com menyebuktakn begini...Pemandangan hutan savana di Mamboro, Kabupaten Sumba Barat, NTT terlihat kering dan gersang dimusim kemarau. Hujan tidak turun sejak bulan Mei 2008 sampai sekarang (September 2008), walaupun demikian banyak mata air yang terus mengalir sepanjang tahun di lembah untuk mencukupi kebutuhan air warga setempat. Sebagian menganggap bahwa savana adalah hamparan padang rumput belaka.

Coba perhatikan gambar berikut ini yang diambil dari kawasan Mamboro, Sumba Barat, NTT dan kawasan Bromo, Jawa Timur.





Mispersepsi umum seperti di atas tampak juga di dalam sebuah puisi berikut ini,

NYANYIAN PADANG SAVANA

by ponco

lembah berhias lembayung senja
dengan hamparan padang savana
kulihat anggun molek jelita
memacu kuda dengan gagahnya

disaat melintas dirona kagumku
senyuman manis merasuk dikalbu
sedang gerai rambutnya yang mewangi
tinggalkan gelora dahana asmara

aduhai rona pesona......................
siapa gerangan anggun molek jelita?
kuingin rengkuh pinggang rampingnya
kududukan kepelana kudaku si raja

dikala lamunanku telah sirna
tinggal hamparan padang savana
membuat batinku lirih berbisik
kutunggu senja dikau disini

*) dahana = api
.... lirih = pelan

Pertanyaan" di mana letak kesalahan persepsi awam tentang savana dan dapatkan anda melakukan koreksi?

bahan kuliah 2, MK Pengendalian Kebakaran dan Penggembalaan Liar, Prodihut, S1

Fakta Empirik Kebakaran dan Penggembalaan Liar di Indonesia  Musim kemarau panjang di Indonesia identik dengan masalah akut seputar...