Senin, 19 Februari 2018

bahan I, MK "Manajemen Kebakaran Hutan dan Penggembalaan Liar", Prodihut, S1

Kebakaran dan Penggembalaan Liar dalam Konteks Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan adalah suatu upaya dalam melindungi hutan dari gangguan dan mengembalikan karakteristik dan fungsi hutan seperti semula. Perlindungan tidak hanya mencegah ancaman anthroposentris (dari manusia), namun juga dari hama dan penyakit (patologi hutan) serta bencana alam. Perlindungan hutan merupakan salah satu bidang pekerjaan yang dipenuhi risiko penyuapan dan bahaya fisik di lapang. Tidak jarang jagawana diserang oleh pelaku perburuan hewan dan pembalakan liar.[1]

Perlindungan hutan juga terancam oleh lemahnya pengembalian fungsi hutan, karena lahan yang telah terbakar akan sulit dikembalikan fungsinya dan cenderung dialih fungsikan, misal menjadi lahan pertanian.[2] Penyusutan hutan



A. Kebakaran Hutan dan Lahan

Di masa lalu membakar hutan merupakan suatu metode praktis untuk membuka lahan. Pada awalnya banyak dipraktekan oleh para peladang tradisional atau peladang berpindah. Namun karena biayanya murah praktek membakar hutan banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kehutanan dan perkebunan.

Di lingkup ilmu kehutanan ada sedikit perbedaan antara istilah kebakaran hutan dan pembakaran hutan. Pembakaran identik dengan kejadian yang disengaja pada satu lokasi dan luasan yang telah ditentukan. Gunanya untuk membuka lahan, meremajakan hutan atau mengendalikan hama. Sedangkan kebakaran hutan lebih pada kejadian yang tidak disengaja dan tak terkendali. Pada prakteknya proses pembakaran bisa menjadi tidak terkendali dan memicu kebakaran.
Kebakaran hutan menjadi penyumbang terbesar laju deforestasi. Bahkan lebih besar dibanding konversi lahan untuk pertanian dan illegal logging.1

Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.
Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar. Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritime.

A wildfire or wildland fire is a fire in an area of combustible vegetation that occurs in the countryside or rural area.[1] Depending on the type of vegetation where it occurs, a wildfire can also be classified more specifically as a brush fire, bush fire, desert fire, forest fire, grass fire, hill fire, peat fire, vegetation fire, or veld fire.[2] Fossil charcoal indicates that wildfires began soon after the appearance of terrestrial plants 420 million years ago.[3] Wildfire’s occurrence throughout the history of terrestrial life invites conjecture that fire must have had pronounced evolutionary effects on most ecosystems' flora and fauna.[4] Earth is an intrinsically flammable planet owing to its cover of carbon-rich vegetation, seasonally dry climates, atmospheric oxygen, and widespread lightning and volcanic ignitions.[4]


Defenisi kebakaran hutan:
Suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.” (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan)
“Pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon.” (Prof Bambang Hero S, IPB, Bogor)
Silakan cari yang lain ...

B. Penggembalaan Liar

Grazing is a method of feeding in which a herbivore feeds on plants such as grasses, or other multicellular organisms such as algae. In agriculture, grazing is one method used whereby domestic livestock are used to convert grass and other forage into meat, milk and other products.
Many small selective herbivores follow larger grazers, who skim off the highest, tough growth of plants, exposing tender shoots. For terrestrial animals, grazing is normally distinguished from browsing in that grazing is eating grass or forbs, and browsing is eating woody twigs and leaves from trees and shrubs.[1] Grazing differs from true predation because the organism being grazed upon is not generally killed. Grazing differs from parasitism as the two organisms live together in a constant state of physical externality (i.e. low intimacy).[2][page needed][3] Water animals that feed for example on algae found on stones are called grazers-scrapers. Grazers-scrapers feed also on microorganisms and dead organic matter on various substrates.[4]

Disturbance of plant life caused by the grazing of large herbivores is an important determinant of plant community structure. Composition of plant and animal species is affected by grazing pressure. Grazing pressure affects plant communities directly through physical removal of the affected plants. It can also affect plant communities indirectly by modulation of ecosystem productivity or by changing the pattern of nutrient partitioning of limiting nutrients among different sizes of plants. Thus, grazing changes the population size, diversity and distribution of organisms in an ecosystem. Grazing pressure strongly affects plant community and composition. Grazing pressure also influences plant species performance and plant ecological stoichiometry. For instance, plant functional composition of tundra is primary structured by grazing pressure.[5]
Some studies suggest grazing may be beneficial in nutrient-rich conditions and harmful on habitats poor in nutrients. In other cases grazing will not affect ecosystems whatsoever. For instance, in the Mongolian rain forest, Cheng et al. have found that grazing pressure plays a highly, positive important role in species richness in the wetter steppe of the rain forest. The same research have found that in the dryer, desert ecosystem grazing pressure did not affect species richness significantly.[6] In habitats with extremely poor in nutrients, grazing could potentially wipe out what little plants are present.[5]

Other researchers have found the opposite. In a study performed by Saccone et al., when experimenting with biodiversity in the Fennoscandia tundra, they found that there was an increase with species richness associated with decrease of shrub cover.[5] It was shown that in the Fennoscandia tundra grazing is an important and efficient biotic filter restricting the spread of dwarf shrubs to mountain tundra snowbeds. In other words, because of grazing and fewer shrubs, there was more biodiversity among the species.

Kerusakan akibat penggembalaan ternak dalam hutan dapat menyebabkan seluruh pohon mati, bahkan dapat menimbulkan erosi tanah. Derajat kerusakan yang diderita hutan tergantung pada jenis serta jumlah ternak, intensitas penggembalaan dan jenis pohon penyusun hutan. Jenis berdaun lebar akan lebih disukai ternak daripada yang berdaun jarum. Intinya, spesies yang berbeda dapat memberikan reaksi yang berbeda terhadap penggembalaan.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggembalaan di hutan adalah :
  1. Populasi ternak disekitar kawasan hutan : Semakin besar populasi ternak yang hidup di sekitar hutan maka akan semakin banyak pakan ternak yang dibutuhkan sehingga semakin besar kemungkinan ternak digembalakan di hutan untuk memenuhi kebutuhan pakannya.
  2. Jumlah hijauan ternak yang mampu dihasilkan di desa sekitar hutan : Tidak adanya lahan di pedesaan sekitar hutan yang dapat digunakan untuk penyediaan ternak guna memenuhi kebutuhan ternak, akan menyebabkan masuknya pemilik ternak, baik sendiri maupun bersama ternaknya, ke hutan untuk mencari pakan ternak.
  3. Teknik memelihara ternak yang dilakukan oleh masyarakat : Peternakan sistem lepas menyebabkan penggembalaan ternak dihutan.
  4. Intensitas pengawasan oleh pengelola kawasan hutan : Kurangnya pengawasan memungkinkan masuknya ternak di hutan.

Tidak ada komentar:

bahan kuliah 2, MK Pengendalian Kebakaran dan Penggembalaan Liar, Prodihut, S1

Fakta Empirik Kebakaran dan Penggembalaan Liar di Indonesia  Musim kemarau panjang di Indonesia identik dengan masalah akut seputar...