Kata savanna memang eksotis tetapi sekaligus menimbulkan banyak mispersepsi. Sebagian pakar mengaggap bahwa savana adalah hutan yang rusak. Sebuah tulisan di www.kabarindonesia.com menyebuktakn begini...Pemandangan hutan savana di Mamboro, Kabupaten Sumba Barat, NTT terlihat kering dan gersang dimusim kemarau. Hujan tidak turun sejak bulan Mei 2008 sampai sekarang (September 2008), walaupun demikian banyak mata air yang terus mengalir sepanjang tahun di lembah untuk mencukupi kebutuhan air warga setempat. Sebagian menganggap bahwa savana adalah hamparan padang rumput belaka.
Coba perhatikan gambar berikut ini yang diambil dari kawasan Mamboro, Sumba Barat, NTT dan kawasan Bromo, Jawa Timur.
Mispersepsi umum seperti di atas tampak juga di dalam sebuah puisi berikut ini,
NYANYIAN PADANG SAVANA
by ponco
lembah berhias lembayung senja
dengan hamparan padang savana
kulihat anggun molek jelita
memacu kuda dengan gagahnya
disaat melintas dirona kagumku
senyuman manis merasuk dikalbu
sedang gerai rambutnya yang mewangi
tinggalkan gelora dahana asmara
aduhai rona pesona......................
siapa gerangan anggun molek jelita?
kuingin rengkuh pinggang rampingnya
kududukan kepelana kudaku si raja
dikala lamunanku telah sirna
tinggal hamparan padang savana
membuat batinku lirih berbisik
kutunggu senja dikau disini
by ponco
lembah berhias lembayung senja
dengan hamparan padang savana
kulihat anggun molek jelita
memacu kuda dengan gagahnya
disaat melintas dirona kagumku
senyuman manis merasuk dikalbu
sedang gerai rambutnya yang mewangi
tinggalkan gelora dahana asmara
aduhai rona pesona......................
siapa gerangan anggun molek jelita?
kuingin rengkuh pinggang rampingnya
kududukan kepelana kudaku si raja
dikala lamunanku telah sirna
tinggal hamparan padang savana
membuat batinku lirih berbisik
kutunggu senja dikau disini
*) dahana = api
.... lirih = pelan
Pertanyaan" di mana letak kesalahan persepsi awam tentang savana dan dapatkan anda melakukan koreksi?