Fakta Empirik Kebakaran dan Penggembalaan Liar di Indonesia
Musim
kemarau panjang di Indonesia identik dengan masalah akut seputar kebakaran
hutan. Derasnya hujan yang biasa mengguyur bumi Nusantara seketika hilang
selama beberapa bulan di musim kemarau. Kondisi panas terik pun masih ditambah
pula dengan gelombang suhu panas yang datang dari arah selatan, dari gurun
gersang di tengah benua Australia. Imbasnya, titik hotspot atau pemicu
kebakaran menjalar hebat di beragam wilayah hutan dan lahan Pulau Sumatera
hingga Kalimantan.
Bencana
kebakaran hutan dan lahan menjadi satu dari sekian banyak kondisi yang
ditakutkan imbas dari kemarau panjang. Kebakaran hutan dan lahan ditempatkan di
posisi kedua setelah bencana kekeringan massal jika dilihat dari status darurat
bencananya. Berikut
adalah fakta-fakta seputar bencana kebakaran hutan yang melanda Indonesia:
- El Nino menjadi pemicu banyaknya kasus kebakaran hutan di Indonesia tahun ini
Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa fenomena El
Nino akan melanda Indonesia hingga bulan November 2015. Akibatnya, awal musim
hujan di beberapa wilayah Indonesia akan mengalami kemunduran. Kondisi seperti
inilah yang menyebabkan titik hotspot makin bertambah seiring dengan keringnya
air tanah di hutan dan kumpulan dahan kering di sekitar hutan Sumatera. Satu saja
pemicu api muncul, maka kebakaran hutan akan menjalar cepat.
- Titik hotspot kebaran hutan terbanyak ada di Sumatera
Berdasarkan
data dari pemantauan satelit Modis (Terra-Aqua) pada pekan lalu, jumlah titik
api di Pulau Sumatera mencapai 308 titik. Rinciannya: Riau 122 titi, Sumatera
Selatan 59 titik, Jambi 58 titik, Bengkulu 10 titik, Sumatera Barat 19 titik,
Sumatera Utara 25 titik, Bangka Belitung 9 titk, Kepulauan Riau 1 titik, dan
Lampung 5 titik.
- Faktanya 99% kebakaran hutan dilakukan dengan sengaja
Ini
merupakan kenyataan miris yang menyebutkan bahwa 99% kebakaran hutan di
Indonesia merupakan tindakan sengaja yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
area hutan. Alasannya adalah untuk pembersihan lahan dan perluasan area
perkebunan. Parahnya, seringkali pembakaran hutan itu dilakukan sengaja tanpa
ada izin pembukaan lahan dari Dinas Kehutanan terkait. Bahkan pembakaran hutan
di Kalimantan sebagian besar kasusnya menjadi tanggung jawab dari pelaku illegal
logging atau penebangan liar. Modusnya bisa dengan cara paling mudah yaitu
melempar puntung rokok atau obat nyamuk begitu saja di atas ranting kering.
Perlahan api akan menyebar besar hingga sulit terkontrol.
- Bencana kebakaran hutan di Indonesia pernah menjadi kasus ketegangan internasional
Pada
Mei-Juni 2014 silam, kejadian kebakaran hutan yang melanda Riau dan sekitarnya
telah mengakibatkan protes keras dari negara Singapura. Pasalnya asap pekat
yang muncul dari hotspot kebakaran hutan mengalir deras hingga menutupi
jarak pandang di Singapura. Kasus ini sempat memicu ketegangan internasional di
wilayah perbatasan Indonesia-Singapura dan secara tidak langsung telah merusak
citra Indonesia di mata negara lain. (CAL)
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penggembalaan di hutan adalah :
1. Populasi ternak disekitar kawasan hutan :
Semakin besar populasi ternak yang hidup di sekitar hutan maka akan semakin
banyak pakan ternak yang dibutuhkan sehingga semakin besar kemungkinan ternak
digembalakan di hutan untuk memenuhi kebutuhan pakannya.
2. Jumlah hijauan ternak yang mampu dihasilkan di
desa sekitar hutan : Tidak adanya lahan di pedesaan sekitar hutan yang dapat
digunakan untuk penyediaan ternak guna memenuhi kebutuhan ternak, akan
menyebabkan masuknya pemilik ternak, baik sendiri maupun bersama ternaknya, ke
hutan untuk mencari pakan ternak.
3 Teknik memelihara
ternak yang dilakukan oleh masyarakat : Peternakan sistem lepas menyebabkan
penggembalaan ternak dihutan.
4. Intensitas pengawasan oleh pengelola
kawasan hutan :
Kurangnya
pengawasan memungkinkan masuknya ternak di hutan.
Dengan adanya 4 faktor penyebab terjadinya
penggembalaan ternak di hutan tersebut, maka menimbulkan akibat kerusakan
hutan. Akibat yang terjadi yaitu :
Kerusakan Terhadap Tanah Hutan
Ternak yang
digembalakan di dalam hutan, misalnya lembu dan kambing, apabila populasinya
berlebihan akan menyebabkan banyak tanah menjadi terbuka karena rumput dan
tanaman yang melindungi tanah dimakan ternak. Injakan kaki ternak dapat
mengakibatkan tanah terkais sehingga bila hujan akan mudah dibawa oleh aliran
air. Tanah akan menjadi padat, pori-pori tanah tertutup oleh partikel-partikel
tanah dan air hujan akan menggenang di permukaan tanah. Akibat dari semua itu
akan dapat menimbulkan suatu erosi tanah, terutama tanah-tanah yang miring akan
lebih cepat tererosi. Tanah-tanah yang miring dan hutan-hutan yang berfungsi
untuk melindungi tata air atau sumber air merupakan daerah yang harus bebas
dari penggembalaan ternak.
Kerusakan tanah Tanaman Muda
Tanaman muda
yang dimaksud adalah tanaman yang tajuknya masih dapat dicapai oleh ternak.
Tanaman muda sangat peka terhadap penggembalaan. Karena tajuknya yang masih
rendah dan batangnya masih lemah, bila dimasuki ternak maka akan dapat
berakibat :
·
daun/tajuk tanaman
dimakan sampai gundul,
·
batang tanaman dapat
melengkung atau patah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar