Kamis, 07 Mei 2009

nutrisi ternak gembala (bahan 1)

Feeding Livestock On Pasture


Nutritional Requirements

A grazing system needs to meet the nutritional requirements of the livestock. Animals require water, energy, protein, vitamins and minerals. These nutrients are used to meet the requirements for reproduction, body growth, wool or hair growth, lactation, and general body maintenance. Environmental conditions, such as hot and cold weather, can increase maintenance requirements. An animal's priorities for nutrition are maintenance, lactation, growth (young animals) and reproduction. Consequently, reproduction is the first to go and the last to return in cases of inadequate nutrition.

Forage Quality And Intake

Forage sources vary in nutrient content and nutrient availability (digestibility). As forage plants mature, energy availability and protein content decrease. Forage intake decreases as nutrient availability or digestibility decreases. Intake of forages accounts for over 75% of the differences observed in animal performance between various forages.

Ideally, the livestock manager would like the forage plants to have a high leaf area compared to stems. Leaves are more digestible than stems. Livestock will selectively graze leaves and petioles, before grazing stems. Leaves also decline more slowly in digestibility than stems. In a rotational grazing system, regrowth will be more leafy and thus maintain higher digestibility longer.

Monitoring The Animals

Producers can monitor the effectiveness of the nutrition program in the longterm by herd performance records. In the short term, it can be monitored by keeping an eye on the "amount of milk in the bucket" and by monitoring the flesh or body condition score of the livestock.

Dairymen can quite easily assess changes in forage quality by reading the dipstick in the bulk tank. Body condition changes can be a more reliable guide than body weight for evaluating the day-to-day nutrition status of beef cows or ewes. This system also had an advantage compared to body weight in that scales or corrals are not needed for body condition evaluation. Body condition scoring tools are available at your County Extension Office.

Monitoring The Forage

Accurately measuring pasture nutritional value involves collecting samples for laboratory analysis. Sample close to where animals graze, not spots that are avoided. With rotational grazing, taking random samples in the pasture will work better than with continuous grazing system. Most feeds should be placed in a sealable container and frozen prior to mailing. County Extension offices have bags and forms for forage samples. Extension personnel can recommend the most appropriate analysis to be conducted at the laboratory.

Admittedly, the information from the laboratory may be "after the fact" since the samples are taken when or near the time the animals are actually grazing the forage. However, such information will give you a base to start evaluating forage quality. A combination of grazing management experience and laboratory analyses will allow you to make better day-today estimates of forage quality and determine if there is a need for supplementation.

perubahan iklim savana NTT akibat monsun asia-australia


Salah satu komponen segitiga kebakaran, ingat bukan segitiga api, adalah iklim. Semakin kering iklim akan memperbesar peluang terjadinya kebakaran dengan intensitas tinggi (I = HWR) Salah satu faktor penentu perubahan cuaca di NTT yang mempengaruhi jumlah intensitas kebakaran hutan dan lahan NTT adalah fenomena angin Monsun Asia - Australia. Apa dan bagaimana angin tersebut, silakan ikuti bahan di bawah ini.

Angin monsun di Asia dan Australia adalah sistem yang unik yang bergerak dari Kutub Utara sampai Kutub Selatan dalam satu musim dan kemudian membalik arah pada musim berikutnya. Sistem angin monsun tersebut tidak bersamaan dengan pola atmosfer global yang umum dan itulah sebabnya sifatnya unik. Penelitian ilmiah dewasa ini menunjukkan bahwa gelombang angin kutub yang dingin mengawali siklus angin monsun dalam dua jalur yang sudah tertentu, sebagaimana dibahas di bawah ini.

Angin monsun di bulan Juni sampai dengan bulan September. Selama periode ini, di belahan bumi selatan adalah musim dingin dan gelombang angin dingin bergerak di atas Australia dan di samudera sekitarnya. Terjadi sel tekanan tinggi di atas Australia dan angin berhembus ke arah khatulistiwa. Angin ini mengumpulkan kelembaban dan panas pada saat berhembus melewati samudera. Di Asia musimnya adalah musim panas dan kawasan (zona) antartropis bergerak ke sebelah utara India, melalui Cina Selatan, ke Filipina Utara. Kawasan panas maksimum (kira-kira 40°C) merentang dari bagian baratlaut sub-benua India ke Timur Tengah. Suatu sel tekanan rendah berkembang di sebelah utara India.

Pada Garis Khatulistiwa, angin yang berada di bawah pengaruh Efek Koriolis, berhembus ke kanan dan tertarik ke arah sel tekanan rendah dan menjadi angin monsun barat-daya yang kuat dan yang membawa hujan deras ke selatan, ke Asia Tenggara dan Timur pada saat angin itu bergerak ke arah utara. Di dekat Jepang, angin tersebut berayun ke arah timur laut dan bergerak ke arah kawasan kutub.

Angin monsun bulan November sampai Februari. Saat itu musim dingin di Asia Utara dan kawasan yang sangat dingin sekali (di bawah -40°C) berkisar di Siberia. Massa udara kutub yang dingin dan sel tekanan tinggi merentang di atas sebagian besar Asia (sampai ke Pegunungan Himalaya dan sebagian besar Cina). Angin barat laut bertiup dalam gelombang udara dingin dari Siberia ke arah Jepang, di mana angin tersebut berputar dan menjadi angin monsun timur laut, yang berhembus ke arah khatulistiwa. Di sana, Efek Koriolis menangkis angin yang bergerak dari barat laut ke arah Australia. Angin monsun ini diterima di Asia bagian timur dan selatan serta di Australia Utara. Di Australia terjadi musim panas, yang dalam suatu kawasan panas maksimum (di atas 40°C) berkembang bersama-sama dengan sel tekanan rendah yang berkisar di Gurun Australia. Angin monsun berhembus ke arah sel tersebut dan membawa hujan, kadang-kadang termasuk angin topan tropis, ke arah Australia bagian utara.

Angin monsun yang kuat juga mempengaruhi arus samudera. Jadi, angin baratdaya menyebabkan arus yang kuat di Lautan Arab dan Teluk Benggali, yang mengakibatkan arus samudera bergerak searah jarum jam selama bulan Juni sampai dengan bulan September sedangkan angin timur laut menyebabkan gerak berlawanan dengan arah jarum jam di samudera ini selama bulan November sampai Pebruari. Arus yang mengalir antara Korea dan Jepang mengalir ke arah utara selama angin monsun panas dan berbalik arah pada musim dingin.

bahan kuliah 2, MK Pengendalian Kebakaran dan Penggembalaan Liar, Prodihut, S1

Fakta Empirik Kebakaran dan Penggembalaan Liar di Indonesia  Musim kemarau panjang di Indonesia identik dengan masalah akut seputar...