POKOK TATALAKSANA PADANG RUMPUT/PADANG
PENGGEMBALAAN
by Dr. Ir. L. Michael Riwu Kaho, M.Si
by Dr. Ir. L. Michael Riwu Kaho, M.Si
Solusi
Berbasis Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Produktivitas padang savana yang ada umumnya
terkendala oleh rendahnya kualitas range savana seperti yang tergambar dari
rendahnya produktivitas hijauan asli
yang dikuti oleh rendahnya nilai nutrisi.
Dalam keadaan demikian selalu terjadi diskontinyutas suplai hijauan yang
bermutu sepanjang tahun. Pada musim
kering ternak selalu kehilangan bobot badan. Karena keadaan ini telah berjalan menahun maka dampak berikutnya adalah
terjadinya penurunan kualitas produski ternak, terganggunya potensi reproduksi
ternak dan sebagai muara dari persoalan ini adalah stagnan atau bahkan
menurunnya populasi ternak yang di pelihara di savana.
Jelantik (2001) yang meneliti prestasi produksi
sapi Bali di savana Timor Barat guna
penyusunan strategi suplementasi melaporkan bahwa tingginya kematian pedet terutama
karena mereka tidak mendapat air susu yang cukup oleh induknya karena
kelahirannya jatuh ditengah musim paceklik pakan. Dalam keadaan demikian sapi
induk tidak cukup mendapatkan asupan protein dan nitrogen yang cukup. Dari frase pernyataan Jelantik di atas maka
ada 3 pilihan untuk pengembangan peternakan di Timor atau di NTT atau bahkan di
seluruh daerah yang memiliki padang rumput savana dengan corak
pastoralisme. Pertama, perbaiki
mutu ternak lewat strategi perbaikan genetik ternak. Tentang hal ini maka Hattu (1987) melaporkan
bahwa sapi hasil IB di daerah Binel setelah 2 tahun berada di lapangan akan
memiliki prestasi produksi yang tidak nyata bedanya dengan sapi asli. Kedua,
memperbaiki siklus birahi, masa kawin dan masa melahirkan. Diharapkan pedet dapat lahir di tengah musim
basah atau pada akhir musim hujan.
Jelantik mengisyaratkan bahwa strategi ini pun akan terkendala oleh
status gizi dari pakan. Ketiga, memperbaiki ketersediaan pakan yang
bermutu. Sementara banyak pakar bersetuju dengan strategi ketiga ini (Hattu,
1987; Rubino, 1989; Salean, 1999 dan Jelantik, 2001) pertanyaan derivasinya
adalah strategi perbaikan pakan seperti apa.
Jawaban kemudian akan berpencaran dalam spektrum yang luas mulai dari
startegi pengawetan (konservasi) pakan
yang berlebih pada musim hujan, suplementasi, perbaikan manajeman pemeilharaan
dengan cara perkandangan, perbaikan mutu hijauan pakan dalam pola protein bank
dan kebun-kebun bibit. Pilihan terhadap
pilihan tersebut sah dan rasional menurut perspektif masing.masing.