Hutan NTT : Antara Piet Tallo,
Soemardjo dan Narjan
(Perenungan
Dalam Menerima Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di NTT)
L.
Michael Riwu Kaho[1]
Hari Rabu, tanggal 3 November 2004, di Kupang telah diluncurkan
secara resmi suatu program nasional untuk melakukan rehabilitasi hutan dan
lahan di NTT. Kita sebut saja program
tersebut sebagai program GNRHL atau Gerhan. Suatu program yang secara Nasional
telah dicanangkan oleh Presiden RI, ketika itu, Megawati Soekarnoputri di
Gunung Kidul. Konon biaya untuk melaksanakan program Gerhan di NRR berjumlah
total 47 milyar rupiah (mam bo’i ee..uang pung banya lai) yang akan dibagikan
kepada seluruh Kabupaten /Kota di NTT. Dalam rencananya, progam ini akan
dimulai dengan pembibitan ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan bibit anakan
pohon dan kemudian disusul dengan penanaman. Beberapa waktu yang lalu melalui
pemberitaan di HU Pos Kupang, antara lain edisi Senin 4 Oktober 2004, kita di NTT diberi kejutan barang satu atau
dua dikit perihal program atau proyek ini. Diberitakan tetang “silang
sengketa” beberapa pihak seputar
pelaksanaan proyek rehabilitasi hutan di NTT (GNRHL) “seharga” 47 M tersebut.
Ada tekanan dari oknum
(kata benda yang sering diucapkan dan terdengar teramat lucu) legislatif, pemda
dan pengusaha. Pimpro mau mengundurkan diri, katanya. Entah mundur betulan atau
tidak betulan. Kabarpun menghilang dan keterkejutan kitapun menjadi nol dikit.
Musnah. NTT alias Nyari Tak Terdengar lagi. Apapun, pogram Gerhan sudah hadir.
Suka tidak suka harus mau. Mau tidak mau harus suka.
Terbayang dalam benak saya bahwa
sesudah bibit tanaman tumbuh semua dan dipindahkan ke lahan maka banyak orang
akan merasa suka cita karena NTT akan penuh pohon. Hutan jadi baik lagi. Air
tanah akan meningkat. Sumur-sumur akan penuh. Bulan kemarau tidak perlu lagi mete-mete
jaga air. Semua leding air PAM penuh dengan air. Sehingga ketika kita membayar
ke loket PAM bukan lagi membayar air campur. Air campur angin. Luar biasa. Maka
NTT pun menjadi Nusa Tak kurang Tetesan air, Nusa Tenang Tenteram. Betul begitu? Nanti dulu. Mari kita belajar
dari 3 tokoh dalam judul kita di atas.
---***---
Nama pertama adalah Piet Tallo. Bagi orang NTT, apalagi yang tinggal di
Kupang, yang tidak mengenal nama yang satu ini dapat disebut sebagai beyond help
alias keterlaluan. Umpama kata, Ba’i Liu sa tau
naaa. Tetapi siapa di antara kita yang
mengenal oknum
yang bernama Soemardjo dan Narjan. Seandainya
saja kita membuat quiz berhadiah tentang siapa yang mengenal mereka, hampir
pasti hanya akan ada sedikit saja pesertanya.
Mereka kurang terkenal atau mungkin sama sekali tidak terkenal. Kalau tidak terkenal maka mengapa kok
berani-beraninya nama-nama tersebut digandengkan dengan nama Piet Tallo yang
beken abis itu?. Pembaca yang budiman,
berikut akan di perkenalkan barang sedikit tentang 2 nama yang kurang terkenal
tersebut.