Ekosistem
hutan hujan adalah suatu komunitas yang kompleks yang kerangka kerjanya
disediakan oleh pohon-pohonan dengan berbagai ukuran. Di bawah tajuk
pohon-pohonan tersebut kondisi iklim mikronya berbeda dengan kondisi yang ada
di luar hutan, cahaya matahari sedikit, kelembaban lebih tinggi, dan suhu udara
lebih rendah. Banyak tumbuhan pohon yang lebih kecil tumbuh di bawah naungan
pohon-pohon yang lebih besar, diantaranya tumbuh pula tumbuhan pemanjat (climbers),
epifit, tumbuhan pencekik (strangling plants), parasit dan saprofit
(Whitmore, 1975).
Kelimpahan,
ketahanan hidup, dan distribusi suatu jenis atau spesies tumbuhan tergantung
pada kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan fisik dan terhadap organisme
lain yang berbagi tempat hidup pada lingkungan yang sama. Peranan interaksi
intraspesifik (antar individu dari jenis yang sama) dan lingkungan fisik
ternyata menentukan kelimpahan, distribusi dan dinamika populasi suatu jenis
tumbuhan, sebagaimana yang terjadi pada interaksi antara jenis di dalam
tingkatan trofik yang berbeda (prey predator interaction).
Pohon-pohonan
dan sebagian besar tumbuhan berdiri di atas tanah dengan akarakar yang
menghunjam ke dalam tanah untuk menyerap hara dan air. Daun-daun yang gugur,
cabang dan ranting, dan bagian lain dari tumbuhan yang jatuh menjadi sumber
makanan bagi hewan invertebrate, jamur dan bakteri. Hara kembali ke dalam tanah
melalui pembusukan bagian organisme yang jatuh dan mati dan melalui pencucian
daun oleh air hujan. Itulah gambaran kondisi hutan hujan yang sebagian besar
elemen hara disimpan di dalam bagian vegetasi dan hanya sedikit yang disimpan
di dalam tanah. Kondisi ini menggambarkan adanya komunitas biotik yang terdiri
atas berbagai populasi organisme yang hidup bersama-sama.
Komunitas
biotik didefinisikan sebagai suatu
gabungan tumbuhan, hewan, bakteri dan jamur yang hidup di dalam suatu
lingkungan dan berinteraksi satu sama lain, membentuk sistem kehidupan yang
berbeda dengan komposisi sendiri, struktur, hubungan lingkungan, perkembangan
dan fungsinya. Masing-masing komunitas dicirikan oleh
komposisi jenis tertentu, struktur vertikal, pola perubahan sepanjang waktu,
biomas, aliran energi, dan siklus hara (Kimmins, 1987). Untuk keperluan
penelitian sering komunitas dibedakan antar komunitas tumbuhan, komunitas hewan
dan komunitas mikrobia. Namun, perlu diingat bahwa masing-masig komunitas tidak
berada dalam posisis terisolasi satu sama lain. Jadi, apabila seseorang
mempelajari hanya komunitas tumbuhan, maka tidak akan cukup untuk prediksi yang
dapat dipercaya tentang komunitas biotik atau ekosistem sebagai satu kesatuan.
Di dalam
tajuk hutan ada kehidupan hewan dengan ragam yang besar yaitu hewan vertebrata
dan invertebrate. Beberapa hewan makan bagian tumbuhan, sebagian yang lain
makan hewan lainnya. Dalam kaitannya dengan penyerbukan bunga dan penyebaran
buah dan biji maka ada hubungan timbal ball antara tumbuhan dan hewan. Banyak
tumbuhan yang dipercaya menghasilkan bahan kimia beracun bagi serangga dan
dengan cara ini tumbuhan mampu melindungi diri dari pemangsaan organisme lain.
Struktur
hutan secara konvensional digambarkan melalui pelukisan diagram profil. Diagram
ini melukiskan sket semua pohon-pohonan dalam jalur sempit ukuran 7,5 meter
lebar dan sekitar 60 meter panjang. Diagram profil digunakan secara luas untuk
mendiskripsi ekosistem hutan alam, termasuk gambaran fase-fase pohon masak
tebang dan pertumbuhannya.
B. Struktur
Vegetasi
Pembahasan
tentang struktur vegetasi penyusun ekosistem hutan, dalam ekologi vegetasi
minimal dibicarakan pada 5(lima) tingkatan yaitu: 1) fisiognomi vegetasi, 2)
struktur biomasa, 3) struktur 'life form', 4) struktur floristik dan 5)
struktur vegetasi. Secara hierarkhis lima tingkatan struktur vegetasi tersebut
integratif pada tingkatan pertama mencakup yang tingkatan yang kedua, tingkatan
yang kedua mencakup tingkatan ketiga, begitu seterusnya. Jadi untuk tingkatan
pertama menjadi paling umum dan untuk tingkatan kelima yang paling teliti
(Mueller-Dombois, 1974)
1. Fisiognomi vegetasi, hal ini merupakan kenampakan luar dari
vegetasi. Vegetasi dalam hal ini didefinisikan bahwa vegetasi merupakan semua
jenis tumbuhan yang berada di dalam suatu wilayah dan memberikan gambaran
sebaran secara ruang spasial dan sebaran pada saat tertentu dari semua jenis
tumbuhan penyusun yang ada di dalamnya.
2. Struktur
biomasa, hal ini berhubungan secara khusus dengan jarak dan tinggi dari
bentuk tumbuhan di dalam susunan penutupan vegetasi. Konsep struktur ini lebih
tepat dibanding fisiognomi vegetasi.
3. Struktur 'life form', dapat juga disebut komposisi life form dan
hal ini berhubungan dengan bentuk komposisi pertumbuhan dari tumbuhan penyusun
vegetasi ekosistem tertentu. Konsep struktur ini masih lebih tepat dari pada
struktur biomasa, dan lebih bermakna kuantitatif.
4. Struktur floristik sering diartikan sebagai komposisi floristik
vegetasi penyusun ekosistem tertentu.
5. Struktur vegetasi, menurut Kershaw (1973), pembahasan struktur
vegetasi dibedakan menjadi 3(tiga) aspek, yaitu: (a) struktur vertikal (yaitu
stratifikasi menjadi lapisanlapisan tajuk), (b) struktur horizontal (yaitu
distribusi spasial populasi jenis dan individu) dan (c) struktur kuantitatif
(yaitu kelimpahan tiap-tiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas).
Hutan
adalah ekosistem yang dicirikan oleh suatu komunitas tumbuhan yang didominasi
oleh tumbuhan dengan fisiogonomi pohon-pohonan. Sementara itu, padang rumput
adalah suatu ekosistem yang didominasi oleh tumbuhan dengan fisiognomi herba
dan rumput. Untuk contoh hutan pada gambar 6.1 menggambarkan diagram profil
dari lapisan tajuk pohon-pohonan saja, sedang sebagai komunitas tumbuhan hutan
pada umumnya disusun oleh lima lapisan vegetasi: 1. Pohon-pohonan (trees), 2.
Semak (shrubs), 3. Tema (herbs), 4. Thallophyta, 5. Epiphytes.
Masing-masing lapisan dapat dibagi lagi menjadi sub-lapisan atau synusiae.
Lapisan ke enam mungkin saja dijumpai yaitu `liana berkayu' atau `tumbuhan
merambat'.
Banyaknya
lapisan vegetasi di dalam suatu komunitas tumbuhan merefleksikan karakter
lingkungan fisiknya. Lingkungan kering seperti padang rumput atau padang pasir
sering hanya memiliki satu atau dua lapisan vegetasi: satu lapis herba musiman
di padang rumput, dan untuk padang pasir dengan satu lapis semak musiman
ditambah lapisan herba yang hidupnya sebentar (ephemeral). Bila menuju
ke lingkungan yang lebih basah maka lapisan vegetasi bertambah dengan lapisan
pohon-pohonan. Thallophyta mungkin hadir hampir di setiap lingkungan,
walaupun tumbuhan tersebut cenderung meningkat menjadi melimpah sepanjang
transek dari lingkungan yang panas dan kering menuju lingkungan yang dingin dan
basah.
Perubahan
struktural sepanjang gradient lingkungan menghasilkan kombinasi karakter dari
bentuk pertumbuhan. Hal ini terjadi pada semua benua dan menghasilkan pembagian
yang lebih luas dari suatu flora kontinental yang disebut dengan formasi tumbuhan', dan ini terjadi pada setiap benua yang besar. Hutan deciduous
di wilayah Eropa adalah formasi yang berbeda dengan hutan deciduous di
Amerika Utara, walaupun keduanya memiliki `tipe formasi' yang serupa (semua
formasi yang serupa di seluruh dunia dikelompokkan jadi satu tipe formasi).
Suatu
formasi tumbuhan pada suatu benua tertentu bersama-sama dengan asosiasi
komunitas hewan dan organisme mikro dan lingkungan fisiknya disebut sebagai
`bioma' (yaitu suatu kelompok ekosistem yang di dalamnya produser primer
memiliki kesamaan bentuk pertumbuhan dan konsumer memiliki kebiasaan makan yang
serupa secara luas. Bioma yang serupa di seluruh dunia dikelompokkan menjadi
satu `ripe bioma'. Lingkungan fisik suatu bioma disebut 'life zone'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar