Senin, 28 Juli 2008

Bahan Kuliah Padang Rumput: Analisis masalah integrated farming land use

Gagal, Proyek Gerhan di Mausui-Manggarai Laporan Kanis Lian Bana http://www.pos-kupang.com/main/index.php (28/07/2008)

BORONG, PK--Sejumlah anakan mahoni dan nangka yang ditanam di lokasi proyek gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) di wilayah Dusun Mausui, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur dalam kondisi mati. Diduga struktur tanah tidak cocok untuk jenis pohon itu.

Frans dan Eman, warga Mausui, kepada Pos Kupang, Jumat (25/7/2008) mengatakan, saat koker (pembibitan) anakan dalam kondisi bagus. Warga yang ikut ambil bagian dalam proyek gerhan antusias menanam pada lahan puluhan hektar, di hamparan padang ternak yang terbentang dari Wolo Kole, Bela Paka Ratu hingga Sarambira-Palehoza. Namun tanaman yang ditanam di atas padang ternak ini tidak tumbuh sebagaimana mestinya dan banyak yang mati. Anakan tumbuh baik cuma disekitar lokasi hutan. "Kalau tanam padang banyak yang mati. Sepertinya kondisi tanah kurang cocok," ujar warga.

Menurut mereka, tanaman ini bisa hidup jika ada pagar batas antara lokasi tanaman proyek gerhan dengan padang ternak. Jika tidak ada pagar maka anakan dimakan ternak.

Selain itu, perlu dipikirkan bibit yang tepat untuk lokasi itu. Struktur tanah di sini tidak cocok untuk dua jenis anakan itu.
"Kami tidak tahu mengapa pemerintah tanam mahoni dan nangka. Jika mau berhasil harus diganti dengan anakan yang lebih cocok," saran Frans.

Pantauan Pos Kupang di Wolo Kole dan sekitarnya, anakan yang tanam di padang rumput tidak tumbuh baik dan banyak yang mati. Beberapa pohon di sekitar hutan masih bertahan hidup. Ada tiga unit pondok di Wolo Kole, Bela Paka Ratu dan Sarambira, sementara rumput liar tumbuh subur.
Salah seorang staf Dinas Kehutanan Manggarai, yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, pihaknya sudah memantau ke lokasi itu dan banyak anakan mati. "Saat di koker anakan tumbuh bagus namun tapi di lapangan banyak yang mati," katanya.

Sementara KTU Dinas Kehutanan Manggarai, Klemens Nggangga, S.H, ditemui Pos Kupang menegaskan, pihaknya segera mengambil sikap namun perlu ada koordinasi internal dengan tim lingkup dinas.

Untuk diketahui, proyek Gerhan di Manggarai menelan dana Rp 13 miliar. Proyek ini menyebar di beberapa wilayah di Manggarai dan Manggarai Timur.
(*)

Tugas: Dalam perpektif tatalaksana padang penggembalaan, apa yang seharusnya dikerjakan?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak... Memang Gerhan ini spt makan buah simalakama. Ktg di daerah spt robot dantukang sulap.... Semua proses dari perencanaan sampai evaluasi kacau semua.... Kasihan rakyat.....

DR. Ir. L. Michael Riwu-Kaho, M.Si mengatakan...

Dear anonim (apakah boleh saya mengetahui nama sahabat terkasih?)

1. Terima kasih atas komentarnya.

2. Program Gerhan memang sudah bermasalah sejak awal. Ada penerapan prinsip-prinsip pengelolaan hutan yang tidak menimbulkan efek GERAKAN. Masyakarakat malah diaja kembali ke dalam pola-pola keproyekan. Dengan PP 6/2007 dan perubahannya dalam PP 03/2008 sebenarnya ada harapan baru dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat tetapi ada pertanyaan besar: di mana masyarakat akan diletakkan secara ajeg dalam pengelolaan tersebut?. Masih harus dipikirkan.

Tuhan Memberkati
2008 Agustus 21 07:49

bahan kuliah 2, MK Pengendalian Kebakaran dan Penggembalaan Liar, Prodihut, S1

Fakta Empirik Kebakaran dan Penggembalaan Liar di Indonesia  Musim kemarau panjang di Indonesia identik dengan masalah akut seputar...