Sabtu, 29 Oktober 2011

Komodo: populasi, habitat, dan endemisme

Endemisme

Endemisme dalam ekologi adalah gejala yang dialami oleh organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang (niche), negara, atau zona ekologi tertentu. Untuk dapat dikatakan endemik suatu organisme harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain. Contohnya adalah jalak bali, hanya ditemukan di Taman Nasional Bali Barat di Pulau Bali. Faktor fisik, iklim, dan biologis dapat menyebabkan endemisme. Sebagai misal, babi rusa menjadi endemik karena isolasi geografi yang dialaminya dan tantangan ruang hidupnya di Pulau Sulawesi menyebabkan ia menjadi berbentuk khas.
Wilayah dengan keanekaragaman hayati tinggi tidak berarti merupakan daerah dengan tingkat endemisme tinggi, meskipun kemungkinan untuk dihuni oleh organisme endemik menjadi meningkat.

Beberapa ancaman terhadap wilayah dengan endemisme tinggi adalah penebangan hutan secara berlebihan serta metode pembukaan lahan dengan cara membakar hutan. Dua faktor ini umumnya didapati pada negara-negara dengan populasi yang tinggi.



Keanekaragaman hayati

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator.
Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.

Jenis Keanekaragaman Hayati
1. Keanekaragaman genetik (genetic diversity); Jumlah total informasi genetik yang terkandung di dalam individu tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang mendiami bumi.
2. Keanekaragaman spesies (species diversity); Keaneraragaman organisme hidup di bumi (diperkirakan berjumlah 5 - 50 juta), hanya 1,4 juta yang baru dipelajari.
3. Keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity); Keanekaragaman habitat, komunitas biotik dan proses ekologi di biosfer atau dunia laut.

Populasi

A population is all the organisms that both belong to the same species and live in the same geographical area. The area that is used to define a sexual population is such that inter-breeding is possible between any pair within the area and more probable than cross-breeding with individuals from other areas. Normally breeding is substantially more common within the area than across the border.

Populasi merupakan kelompok organisme atau individu spesies yang sama, yang mendiami satu tempat tertentu pada satu waktu tertentu. Secara definif populasi dibatasi ruang dan waktu (limited and defined) sedangkan lingkungan merupakan variabel fisik dan hayati yang mempengaruhi keberadaan populasi, termasuk interaksi antara individu di dalam populasi itu sendiri maupun dengan spesies yang berbeda. Sedangkan untuk deme adalah populasi setempat yang setiap pasangan (jantan dan betina) memiliki peluang yang sama untuk kawin.

Populasi memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang dapat diukur secara statistik dan bukan sifat daripada individu-individu penyusunnya, di antara sifat-sifat tersebut adalah kepadatan, natalitas dan mortalitas, distribusi umur, potensi biotic, penyebaran dan bentuk pertumbuhan.

Habitat

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan—paling tidak lingkungan fisiknya—di sekeliling populasi suatu spesies yang memengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di suatu habitat pada suatu lokasi geografis tertentu.

Komodo

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis) adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora. Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.

Kepunahan

In biology and ecology, extinction is the end of an organism or of a group of organisms (taxon), normally a species. The moment of extinction is generally considered to be the death of the last individual of the species, although the capacity to breed and recover may have been lost before this point. Because a species' potential range may be very large, determining this moment is difficult, and is usually done retrospectively. This difficulty leads to phenomena such as Lazarus taxa, where a species presumed extinct abruptly "re-appears" (typically in the fossil record) after a period of apparent absence.
TUGAS

Jelaskan apakah masalah kelangkaan dan konservasi komodo dipengaruhi oleh sifat-sifat populasi atau komunitas ataukah kedua-duanya.

Kerjakan dalam kelompok tetapi laporannya pribadi. Kumpulkan paling lambat jam 6 soer hari ini.

15 komentar:

Laman Baca mengatakan...

Blog yang simpel dan menarik, penuh inspirasi bagi penulis lainnya... Sangat senang jika pemilik blog ini juga berkunjung ke blogku dan memberikan kritik dan sarannya :P Apa lagi bertukar link dan follow :D

[G]aming [H]ackers - mengatakan...

Kunjungan Balik

www.gamingindohackers.blogspot.com

Tolong Di Follow ya Pak ,trims

usaha sukses mengatakan...

Komodo merupakan aset yang bernilai bagi bangsa Indonesia. Hindarkan komodo dari kepunahan.

Artikel yang bermanfaat, thanks..

RM Bagus Permono Imanuel mengatakan...

Shalom Bro,....KAlau MAu Inovasi silakan Klik www.younginnovator.blogspot.com ada banyak inovasi dari Surabaya Kota PAhlawan dan Kota Inovasi Indonesia...misal Inovasi TEmbok tanpa paku JAWA, Inovasi Starter motor Otomatis JOWO, Inovasi pengetikan suara JOWO, Inovasi Pompa otomatis JOWO dlsb...Selalu PEduli dan Berbagi sesuai KASIH dan PAncasila....thx gbu Monggo....muah,...muah...muah...

ch1ck mengatakan...

semoga sukses pak..

Anonim mengatakan...

KOMODO, sebagai satwa langkah yang perlu dilindungi.
Dalam rantai makanan, Komodo merupakan komponen tertinggi, sehingga menjadi komponen entropi.
Hal ini berarti keberadaan Spesies Komodo ditentukan oleh factor pembatas, yaitu Carrying capacity dan kemampuan Reproduksi dari komodo itu sendiri.
Carrying capacity dimaksud adalah ketersediaan makanan dan ruang bagi kelangsungan hidup komodo. Sebagai puncak rantai makanan, komodo bergantung pada konsumen tingkat pertama dan kedua yaitu Kambing, Kerbau, Rusa, babi hutan dll. Pada tingkatan selanjutnya, konsumen tingkat pertama ini bergantung pada produsen pertama yaitu, padang savanna, rumput, ilalang, pohon perdu dll.
Keberadaan komponen produsen ini, tentunya bergantung pada factor biotik dan abiotic di dalam habitatnya, seperti Unsur Hara dalam Tanah, Sinar Matahari, kondisi cuaca, seperti Hujan, kemarau dan ketersediaan unsur hara yang bisa saja tergerus sebagai akibat adanya erosi dll.
Populasi binatang langka Komodo di Balai Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur terancam punah. Bahkan biawak raksasa yang hanya bisa hidup secara alamiah di bagian barat Flores ini jumlahnya semakin berkurang beberapa tahun terakhir.
Kuat dugaan perburuan liar rusa dan babi serta perubahan lingkungan akibat pembakaran liar menjadi penyebab punahnya Komodo. Aksi para pemburu yang senang membakar hutan menjadi ancaman serius bagi perkembangan komodo beberapa tahun terakhir.
Selain itu Komodo hanya dapat bertahan hidup di lokasi yang memiliki ketersediaan air yang cukup, tempat berlindungnya aman, banyak pohon rimbun serta makanan berlimpah. Kenyataannya, rusa dan babi semakin berkurang dan sebagian besar hutan sudah rusak akibat pembakaran liar.

ERNES D. HAMEL, 1111 030 007
PS. Ilmu Lingkungann, Pasca Sarjana UNDANA
MK. Pengelolaan Kawasan Konservasi
26 oktober 2012

Anonim mengatakan...

KOMODO, sebagai satwa langkah yang perlu dilindungi.
Dalam rantai makanan, Komodo merupakan komponen tertinggi, sehingga menjadi komponen entropi.
Hal ini berarti keberadaan Spesies Komodo ditentukan oleh factor pembatas, yaitu Carrying capacity dan kemampuan Reproduksi dari komodo itu sendiri.
Carrying capacity dimaksud adalah ketersediaan makanan dan ruang bagi kelangsungan hidup komodo. Sebagai puncak rantai makanan, komodo bergantung pada konsumen tingkat pertama dan kedua yaitu Kambing, Kerbau, Rusa, babi hutan dll. Pada tingkatan selanjutnya, konsumen tingkat pertama ini bergantung pada produsen pertama yaitu, padang savanna, rumput, ilalang, pohon perdu dll.
Keberadaan komponen produsen ini, tentunya bergantung pada factor biotik dan abiotic di dalam habitatnya, seperti Unsur Hara dalam Tanah, Sinar Matahari, kondisi cuaca, seperti Hujan, kemarau dan ketersediaan unsur hara yang bisa saja tergerus sebagai akibat adanya erosi dll.
Populasi binatang langka Komodo di Balai Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur terancam punah. Bahkan biawak raksasa yang hanya bisa hidup secara alamiah di bagian barat Flores ini jumlahnya semakin berkurang beberapa tahun terakhir.
Kuat dugaan perburuan liar rusa dan babi serta perubahan lingkungan akibat pembakaran liar menjadi penyebab punahnya Komodo. Aksi para pemburu yang senang membakar hutan menjadi ancaman serius bagi perkembangan komodo beberapa tahun terakhir.
Selain itu Komodo hanya dapat bertahan hidup di lokasi yang memiliki ketersediaan air yang cukup, tempat berlindungnya aman, banyak pohon rimbun serta makanan berlimpah. Kenyataannya, rusa dan babi semakin berkurang dan sebagian besar hutan sudah rusak akibat pembakaran liar.

ERNES D. HAMEL, 1111 030 007
PS. Ilmu Lingkungann, Pasca Sarjana UNDANA
MK. Pengelolaan Kawasan Konservasi
26 oktober 2012

Anonim mengatakan...

1
Nama : Agustina Etin Nahas
NIM : 11 11 03 0005/ Semester III/ Program Studi : Ilmu Lingkungan
SOAL : Mengapa komodo perlu diselamatkan ! Apakah masalah kelangkaan dan konservasi
komodo dipengaruhi oleh sifat-sifat populasi atau komunitas atau kedua-duanya!
JAWAB :
Komodo atau Ora (Varanus komodoensis) adalah kadal atau reptil darat terbesar di dunia.
Hewan ini terancam punah karena merupakan salah satu hewan endemik, artinya hewan ini
hanya hidup di wilayah tertentu. Habitat dan persebaran komodo secara alami terdapat di pulau
Komodo, Flores dan Rinca, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Pulau-pulau
tersebut termasuk dalam wilayah Taman Nasional pulau Komodo yang merupakan salah satu
finalis New 7 Wonders of Nature.Indonesia. Komodo hewan yang sangat unik, karena ia
memiliki dua cara untuk bereproduksi, yakni (1) cara fertilisasi (pembuahan) di antara komodo
jantan dan betina. Cara ini merupakan cara reproduksi seksual; dan (2) melalui
“parthenogenesis”, yaitu seekor komodo betina hamil tanpa melalui proses pembuahan yang
mengakibatkan semua telur yang dilahirkan akan menjadi komodo yang selalu berjenis kelamin
jantan. “Parthenogenesis” diperkirakan berfungsi untuk mencegah kepunahan komodo. Komodo
termasuk jenis hewan karnivora
Masalah kelangkaan dan konservasi komodo, dipengaruhi oleh sifat-sifat populasi dan
komunitas, hal ini disebabkan karena komodo memiliki karakteristik tertentu, yang dapat diukur
secara statistik yang merupakan hewan endemik dan tidak beragam. Ukuran tubuh komodo besar
dengan rata-rata panjang 2-3 meter. Karena besar tubuhnya, reptil ini menduduki posisi predator
puncak yang mendominasi ekosistem tempat hidupnya. Sebaran dan populasi komodo dalam
tiga dasawarsa terakhir ini, semakin menurun dan terancam punah, terutama akibat kegiatan
perburuan rusa, sebagai mangsa utamanya. Bahkan populasi di Pulau Padar diketahui telah
hilang sejak akhir 1990-an, padahal awal tahun 1980-an, komodo masih dapat dijumpai di sana.
Perhatian dan upaya konservasi spesies ini perlu diberikan secara khusus, karena populasi
komodo diambang kepunahan. Komodo merupakan salah satu dari berbagai “fosil hidup” dan
saksi sejarah atas kepunahan dinosaurus. Jika hal ini benar, kemungkinan besar, sistem
reproduksi parthenogenesis inilah yang menyebabkan bertahannya spesies ini dari ancaman
kepunahan. Sekarang, jumlah populasi komodo sangat kecil, dan spesies ini telah tercatat sebagai
salah satu dari ratusan spesies hewan yang terancam punah. Konservasi dan populasi komodo
merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan , sehingga oleh IUCN Redlist dikategorikan
dalam status konservasi Rentan (Vurnerable). CITES (the Convention on International Trade in
Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan produkproduk
lain dari hewan ini adalah ilegal.
Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas
menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo
(1.700), dan Flores (mungkin sekitar 2.000 ekor. Meski demikian, ada keprihatinan mengenai
populasi, ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif
dan dapat berbiak. Sejak tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman
Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau,
termasuk Komodo, Rinca, dan Padar. Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan
Wolo Tado di Pulau Flores, untuk membantu pelestarian komodo.
2

Anonim mengatakan...

YANTI DAUD, 1111 030 018
PS. Ilmu Lingkungann, Pascasarjana UNDANA
MK. Pengelolaan Kawasan Konservasi
Komodo sebagai the new 7 wonders of the world perlu adanya penyelamatan komodo, maka penting juga untuk melakukan penyelamatan kawasan atau habitatnya termasuk tidak memberikan satu ijin tambang pun di kawasan tersebut untuk menjaga kelestarian dari kawasan tersebut. Melakukan pengelolaan, pelestarian dan penyelamatan komodo serta kawasannya secara bersama-sama masyarakat lokal bukan “memprivatisasi” taman nasional tersebut dan meminggirkan masyarakat setempat. Perlindungan terhadap komodo tentu tidak dengan secara buta memproteksi Taman Nasional Komodo namun membiarkan kerusakan terjadi disekelilingnya. Perlindungan ruang hidup bagi satwa tersebut semestinya komprehensif dan pola serta model pembangunan kawasan tersebut harus terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat serta daerah tersebut. Penyelamatan dan pelestarian lingkungan bukan dengan memprivatisasi kawasan tersebut, karena prinsip utama dari privatisasi dan kerja sebuah korporasi adalah mengejar profit bukan menyelamatkan dan sudah merupakan hukum alam, bahwa lingkup sebuah ekosistem terdiri dari berbagai unsur yang merupakan bagian dari rantai kehidupan disuatu tempat, termasuk diantaranya adalah masyarakat lokal yang memahami betul konteks lokalitas serta kondisi geofisik kawasan tersebut. Melakukan dukungan terhadap kontes new 7 wonders of the world tanpa rasionalitas, apalagi dibarengi dengan nasionalisme semu bukan jawaban untuk menyelamatkan komodo dan habitatnya dari kepunahan dan kerusakan tetapi justru akan mempertaruhkan harga diri bangsa serta memperburuk keadaan.


Anonim mengatakan...

YANTI DAUD, 1111 030 018
PS. Ilmu Lingkungann, Pascasarjana UNDANA
MK. Pengelolaan Kawasan Konservasi
Komodo sebagai the new 7 wonders of the world perlu adanya penyelamatan komodo, maka penting juga untuk melakukan penyelamatan kawasan atau habitatnya termasuk tidak memberikan satu ijin tambang pun di kawasan tersebut untuk menjaga kelestarian dari kawasan tersebut. Melakukan pengelolaan, pelestarian dan penyelamatan komodo serta kawasannya secara bersama-sama masyarakat lokal bukan “memprivatisasi” taman nasional tersebut dan meminggirkan masyarakat setempat. Perlindungan terhadap komodo tentu tidak dengan secara buta memproteksi Taman Nasional Komodo namun membiarkan kerusakan terjadi disekelilingnya. Perlindungan ruang hidup bagi satwa tersebut semestinya komprehensif dan pola serta model pembangunan kawasan tersebut harus terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat serta daerah tersebut. Penyelamatan dan pelestarian lingkungan bukan dengan memprivatisasi kawasan tersebut, karena prinsip utama dari privatisasi dan kerja sebuah korporasi adalah mengejar profit bukan menyelamatkan dan sudah merupakan hukum alam, bahwa lingkup sebuah ekosistem terdiri dari berbagai unsur yang merupakan bagian dari rantai kehidupan disuatu tempat, termasuk diantaranya adalah masyarakat lokal yang memahami betul konteks lokalitas serta kondisi geofisik kawasan tersebut. Melakukan dukungan terhadap kontes new 7 wonders of the world tanpa rasionalitas, apalagi dibarengi dengan nasionalisme semu bukan jawaban untuk menyelamatkan komodo dan habitatnya dari kepunahan dan kerusakan tetapi justru akan mempertaruhkan harga diri bangsa serta memperburuk keadaan.


Anonim mengatakan...

YANTI DAUD, 1111 030 018
PS. Ilmu Lingkungann, Pascasarjana UNDANA
MK. Pengelolaan Kawasan Konservasi
Komodo sebagai the new 7 wonders of the world perlu adanya penyelamatan komodo, maka penting juga untuk melakukan penyelamatan kawasan atau habitatnya termasuk tidak memberikan satu ijin tambang pun di kawasan tersebut untuk menjaga kelestarian dari kawasan tersebut. Melakukan pengelolaan, pelestarian dan penyelamatan komodo serta kawasannya secara bersama-sama masyarakat lokal bukan “memprivatisasi” taman nasional tersebut dan meminggirkan masyarakat setempat. Perlindungan terhadap komodo tentu tidak dengan secara buta memproteksi Taman Nasional Komodo namun membiarkan kerusakan terjadi disekelilingnya. Perlindungan ruang hidup bagi satwa tersebut semestinya komprehensif dan pola serta model pembangunan kawasan tersebut harus terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat serta daerah tersebut. Penyelamatan dan pelestarian lingkungan bukan dengan memprivatisasi kawasan tersebut, karena prinsip utama dari privatisasi dan kerja sebuah korporasi adalah mengejar profit bukan menyelamatkan dan sudah merupakan hukum alam, bahwa lingkup sebuah ekosistem terdiri dari berbagai unsur yang merupakan bagian dari rantai kehidupan disuatu tempat, termasuk diantaranya adalah masyarakat lokal yang memahami betul konteks lokalitas serta kondisi geofisik kawasan tersebut. Melakukan dukungan terhadap kontes new 7 wonders of the world tanpa rasionalitas, apalagi dibarengi dengan nasionalisme semu bukan jawaban untuk menyelamatkan komodo dan habitatnya dari kepunahan dan kerusakan tetapi justru akan mempertaruhkan harga diri bangsa serta memperburuk keadaan.

Anonim mengatakan...

YANTI DAUD, 1111 030 018
PS. Ilmu Lingkungann, Pascasarjana UNDANA
MK. Pengelolaan Kawasan Konservasi
Komodo sebagai the new 7 wonders of the world perlu adanya penyelamatan komodo, maka penting juga untuk melakukan penyelamatan kawasan atau habitatnya termasuk tidak memberikan satu ijin tambang pun di kawasan tersebut untuk menjaga kelestarian dari kawasan tersebut. Melakukan pengelolaan, pelestarian dan penyelamatan komodo serta kawasannya secara bersama-sama masyarakat lokal bukan “memprivatisasi” taman nasional tersebut dan meminggirkan masyarakat setempat. Perlindungan terhadap komodo tentu tidak dengan secara buta memproteksi Taman Nasional Komodo namun membiarkan kerusakan terjadi disekelilingnya. Perlindungan ruang hidup bagi satwa tersebut semestinya komprehensif dan pola serta model pembangunan kawasan tersebut harus terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat serta daerah tersebut. Penyelamatan dan pelestarian lingkungan bukan dengan memprivatisasi kawasan tersebut, karena prinsip utama dari privatisasi dan kerja sebuah korporasi adalah mengejar profit bukan menyelamatkan dan sudah merupakan hukum alam, bahwa lingkup sebuah ekosistem terdiri dari berbagai unsur yang merupakan bagian dari rantai kehidupan disuatu tempat, termasuk diantaranya adalah masyarakat lokal yang memahami betul konteks lokalitas serta kondisi geofisik kawasan tersebut. Melakukan dukungan terhadap kontes new 7 wonders of the world tanpa rasionalitas, apalagi dibarengi dengan nasionalisme semu bukan jawaban untuk menyelamatkan komodo dan habitatnya dari kepunahan dan kerusakan tetapi justru akan mempertaruhkan harga diri bangsa serta memperburuk keadaan.

Anonim mengatakan...

YANTI DAUD, 1111 030 018
PS. Ilmu Lingkungann, Pascasarjana UNDANA
MK. Pengelolaan Kawasan Konservasi
Komodo sebagai the new 7 wonders of the world perlu adanya penyelamatan komodo, maka penting juga untuk melakukan penyelamatan kawasan atau habitatnya termasuk tidak memberikan satu ijin tambang pun di kawasan tersebut untuk menjaga kelestarian dari kawasan tersebut. Melakukan pengelolaan, pelestarian dan penyelamatan komodo serta kawasannya secara bersama-sama masyarakat lokal bukan “memprivatisasi” taman nasional tersebut dan meminggirkan masyarakat setempat. Perlindungan terhadap komodo tentu tidak dengan secara buta memproteksi Taman Nasional Komodo namun membiarkan kerusakan terjadi disekelilingnya. Perlindungan ruang hidup bagi satwa tersebut semestinya komprehensif dan pola serta model pembangunan kawasan tersebut harus terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat serta daerah tersebut. Penyelamatan dan pelestarian lingkungan bukan dengan memprivatisasi kawasan tersebut, karena prinsip utama dari privatisasi dan kerja sebuah korporasi adalah mengejar profit bukan menyelamatkan dan sudah merupakan hukum alam, bahwa lingkup sebuah ekosistem terdiri dari berbagai unsur yang merupakan bagian dari rantai kehidupan disuatu tempat, termasuk diantaranya adalah masyarakat lokal yang memahami betul konteks lokalitas serta kondisi geofisik kawasan tersebut. Melakukan dukungan terhadap kontes new 7 wonders of the world tanpa rasionalitas, apalagi dibarengi dengan nasionalisme semu bukan jawaban untuk menyelamatkan komodo dan habitatnya dari kepunahan dan kerusakan tetapi justru akan mempertaruhkan harga diri bangsa serta memperburuk keadaan.


Anonim mengatakan...

Upaya Penyelamatan Komodo:
Cara paling efektif dalam melestarikan spesies komodo adalah dengan melestarikan ekosistemnya dan meningkatkan daya dukung habitatnya. Pelestarian komodo dilakukan secara in situ yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Upaya penangkaran hanya dapat melestarikan sebagian kecil spesies, namun tidak memperbaiki daya dukung alamnya, sehingga apabila spesies tersebut dikembalikan ke habitat alam aslinya maka dia akan kesulitan untuk merasa nyaman dengan lingkungannya yang sudah rusak.
Upaya pelestarian dapat dimulai dari lingkungannya dahulu, seperti melakukan reservasi (upaya pelestarian hutan termasuk flora dan faunanya dengan jalan membiarkan apa adanya, tidak boleh menyentuhnya) dan pelestarian kondisi alam yang ditempati komodo tersebut, setelah itu dilanjutkan dengan memperkaya dan memperhatikan makanan komodo agar tidak terjadi penyusutan yang lebih lagi. Kondisi komodo kita saat ini 50% tidak cukup makan, karena sumber makanan utamanya juga diburu oleh manusia.
Komodo adalah karnivora yang menduduki strata tertinggi dalam rantai makanan di Pulaunya sendiri. Mangsa komodo sangat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, sapi, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Namun, jumlah mangsa tersebut kini sudah sangat menyusut sehingga konservasi yang dilakukan mencakup pula upaya meningkatkan kualitas padang savanna. Dengan demikian, kehidupan hewan mangsa sebagai makanan sang predator juga tercukupi.
Penyusutan jumlah mamalia ini ada kaitannya dengan makanan yang biasa diperoleh di padang-padang savanna yang ada seperti rumput, legume dan kacang-kacangan. Kehidupan rusa juga diganggu oleh manusia yang menembak dengan senjata organic sehingga populasi rusa menjadi jauh berkurang. Oleh karena itu, kita harus terus memperhatikan daya dukung alam yang menjadi habitat komodo dan hewan-hewan mangsanya. Kita harus meng-upgrade savanna yang ada, agar kondisi alamnya terjaga. Caranya, melakukan leguminasi, karena mengandung nabati tinggi untuk asupan hewan.
Seperti tumbuhan lain, rumput, legume dan kacang-kacangan juga membutuhkan kecukupan komponen abiotik dalam ekosistemnya. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah sinar matahari, air, mineral dan unsur hara lain dalam tanah, suhu, udara, dan bahkan topografi. Konservasi komponen-komponen tersebut akan meningkatkan jumlah dan keragaman tumbuhan (produsen) terutama rumput, legume, dan kacang-kacangan, yang pada gilirannya akan meningkatkan jumlah hewan (konsumen tingkat pertama, kedua, dan seterusnya) di dalam habitat komodo. Dengan demikian tidak hanya komodo dewasa yang mendapatkan kecukupan makanan, tetapi komodo yang masih kecil yang justru paling rentan hidupnya juga akan mendapatkan sumber makanan yang mencukupi.

Arief Tyastama
11 11 030001
PS: Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UNDANA
MK: Pengelolaan Kawasan Konservasi
Smt: III

Anonim mengatakan...

Upaya Penyelamatan Komodo:
Cara paling efektif dalam melestarikan spesies komodo adalah dengan melestarikan ekosistemnya dan meningkatkan daya dukung habitatnya. Pelestarian komodo dilakukan secara in situ yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Upaya penangkaran hanya dapat melestarikan sebagian kecil spesies, namun tidak memperbaiki daya dukung alamnya, sehingga apabila spesies tersebut dikembalikan ke habitat alam aslinya maka dia akan kesulitan untuk merasa nyaman dengan lingkungannya yang sudah rusak.
Upaya pelestarian dapat dimulai dari lingkungannya dahulu, seperti melakukan reservasi (upaya pelestarian hutan termasuk flora dan faunanya dengan jalan membiarkan apa adanya, tidak boleh menyentuhnya) dan pelestarian kondisi alam yang ditempati komodo tersebut, setelah itu dilanjutkan dengan memperkaya dan memperhatikan makanan komodo agar tidak terjadi penyusutan yang lebih lagi. Kondisi komodo kita saat ini 50% tidak cukup makan, karena sumber makanan utamanya juga diburu oleh manusia.
Komodo adalah karnivora yang menduduki strata tertinggi dalam rantai makanan di Pulaunya sendiri. Mangsa komodo sangat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, sapi, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Namun, jumlah mangsa tersebut kini sudah sangat menyusut sehingga konservasi yang dilakukan mencakup pula upaya meningkatkan kualitas padang savanna. Dengan demikian, kehidupan hewan mangsa sebagai makanan sang predator juga tercukupi.
Penyusutan jumlah mamalia ini ada kaitannya dengan makanan yang biasa diperoleh di padang-padang savanna yang ada seperti rumput, legume dan kacang-kacangan. Kehidupan rusa juga diganggu oleh manusia yang menembak dengan senjata organic sehingga populasi rusa menjadi jauh berkurang. Oleh karena itu, kita harus terus memperhatikan daya dukung alam yang menjadi habitat komodo dan hewan-hewan mangsanya. Kita harus meng-upgrade savanna yang ada, agar kondisi alamnya terjaga. Caranya, melakukan leguminasi, karena mengandung nabati tinggi untuk asupan hewan.
Seperti tumbuhan lain, rumput, legume dan kacang-kacangan juga membutuhkan kecukupan komponen abiotik dalam ekosistemnya. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah sinar matahari, air, mineral dan unsur hara lain dalam tanah, suhu, udara, dan bahkan topografi. Konservasi komponen-komponen tersebut akan meningkatkan jumlah dan keragaman tumbuhan (produsen) terutama rumput, legume, dan kacang-kacangan, yang pada gilirannya akan meningkatkan jumlah hewan (konsumen tingkat pertama, kedua, dan seterusnya) di dalam habitat komodo. Dengan demikian tidak hanya komodo dewasa yang mendapatkan kecukupan makanan, tetapi komodo yang masih kecil yang justru paling rentan hidupnya juga akan mendapatkan sumber makanan yang mencukupi.

Arief Tyastama
11 11 03 0001
PS: Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UNDANA
MK: Pengelolaan Kawasan Konservasi
Smt: III

bahan kuliah 2, MK Pengendalian Kebakaran dan Penggembalaan Liar, Prodihut, S1

Fakta Empirik Kebakaran dan Penggembalaan Liar di Indonesia  Musim kemarau panjang di Indonesia identik dengan masalah akut seputar...